Beruntung kita bisa dipertemukan kembali dengan datangnya Bulan Ramadhan, bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh setiap orang beriman  karena diyakini bulan Ramadhan membawa berbagai macam kebaikan. Ungkapan kegembiraan (Tarhib) menyambut datangnya Ramadhan adalah kalimat khusus yaitu: مرحبا  suatu ungkapan kegembiraan yang menjadi kebiasaan orang Arab menyambut tamu apabila yang datang “orang terhormat” dan diyakini akan membawa manfaat dan kebaikan, tahniah sambutannya bukan  اهلا وسهلا  suatu uangkapan umum menyambut tamu, termasuk tamu yang belum dikenal. Begitulah Rasulullah menyambut datangnya Ramadhan dengan ungkapan MARHABAN YA RAMADHAN, karena Ramadhan adalah Tamu Agung dan karunia Allah yang sangat besar, maka disambut dengan rasa gembira: Allah berfirman:

ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻪِ ﻓَﺒِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻠْﻴَﻔْﺮَﺣُﻮﺍْ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِّﻤَّﺎ ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥ

Artinya; “Katakanlah: ‘dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus [10]: 58).

Rasulullah SAW bersabda:

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪ

Artinya: “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya,

Puasa bagi Rasulullah adalah karunia, bukan sekedar kewajiban. Sehingga kedatangan puasa disambut dengan gembira. Oleh karena itu, untuk meneladani Rasulullah mindset kita perlu kita ubah bahwa puasa dan perintah2 Allah yang lainnya, dari kewajiban kepada karunia dan rahmat Allah sekaligus juga  kebutuhan kita, sehingga tidak ada beban dalam melaksanakan kewajiban berpuasa, shalat, dan kewajiban2 lainnya.

Sebenarnya seluruh perintah dan larangan Allah dalam ajaran Islam bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat manusia, bukan untuk memberatkan dan menyusahkan, sebagaimana firman Allah:

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ (٧٨) َ

Artinya: “dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong”. (QS. Al-Hajj: 78).

Jadi, beragama itu mudah, tidak sulit,  Al-Quran  diturunkan  Allah  tidak   untuk   menyusahkan, Allah berfirman:   بسم الله الرحمن الرحيم , طه (١) مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (٢) .  Ayat ini yang membuat gemetar  hati Umar bin Khattab, setelah dia merebut tulisan ayat ini dari saudara perempuannya Siti Fatimah dan membacanya, akhirnya dia mencari Nabi Muhammad yang semula akan membunuhnya, tapi sekarang justru untuk menyatakan masuk Islam. Umar mendapat hidayah dengan washilah awal Surat Thaha ini.

Ternyata kalau diikuti cara  Rasulullah SAW berpuasa sungguh sangat menyenangkan, dan menyehatkan. Di antara cara puasa Rasulullah adalah:

  1. Menyegerakan berbuka.  Artinya begitu tiba waktu berbuka, maka berbukalah, tidak menunda-nunda yang menyebabkan terlalu lapar sehingga sakit. Waktu ideal berpuasa itu sekitar  14 jam, sebagaimana jadwal puasa di negara kita dan kawasan Asia Tenggara. Maka kita bersyukur ditakdirkan hidup di daerah tropis dengan iklim yang sangat kondusif untuk menjalankan ibadah puasa ini.

Rasulullah SAW bersabda:

ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَلُوا الْفِطْرَ

“Manusia masih berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa” (HR. Bukhari).

Dalam hadit yang lain Rasulullah SAW bersabda:

 

ثلاث من اخلاق النبوة  تعجيل الافطار  وتأخير السحور  ووضع اليمين على الشماال

 فى الصلاة  (رواه الطبرانى)

 

Artinya: Ada tiga di antara akhlak Nabi SAW yaitu: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahun, dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika shalat”. (HR. Thabrani).

  1. Mengakhirkan sahur. Maksudnya makan sahurnya diakhirkan sampai mendekati waktu shubuh, sehingga shalat shubuhnya tidak ketiduran. Hikmah lainnya tidak terlalu lapar dalam menjalankan ibadah puasa. Karena itulah Nabi SAW menyuruh kita makan sahur : تسحروا فانه بركة (Bersahurlah, karena ada keberkahan). Keberkahan lain dari sahur ialah berkumpulnya dengan keluarga untuk makan sahur bersama, sehingga rumah tangga akan semakin bahagia karena terciptanya komunikasi dan silaturrahmi, bisa saling bertegur sapa, saling menasehati di antara anggota keluarga melalui media sahur bersama. Sungguh luar biasa metode yang diajarkan Rasulullah ini, banyak hikmah yang dikandungnya karena metode ini datang dari Yang Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.
  2. Kedua metode Rasulullah dalam berpuasa, yaitu: تعجيل الفطور وتأخير السحور  sangat sesuai dengan ilmu kesehatan modern sekarang ini. Pantaslah Rasulullah SAW tidak pernah sakit kecuali menjelang ajal beliau tiba. Seorang thobib (dokter) hadiah dari Raja Mesir Mukaukis yang mendampingi beliau beberapa tahun heran dengan kesehatan Rasulullah yang selalu prima, Ketika ditanya apa rahasianya, beliau menjawab:

نَحْنُ قَوْمٌ لَا نَأْكُلَ حَتَّى نَجُوْعَ  وَإِذَا أَكَلْناَ لَا نَشْبَعَ

“Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali lapar, dan kalau makan tidak sampai terlalu kenyang”

 

Allah SWT mengingatkan agar tidak berlebihan dalam hal makan sebagaimana firmanNya:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (٣١)

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-A’raf: 31).

Begitulah cara baginda Rasulullah SAW berpuasa, banyak hikmah yang dikandung di dalamnya yang sangat sesuai dengan ilmu kesehatan modern. Dalam hal makan beliau tidak makan sebelum lapar, dan jika makan tidak sampai terlalu kenyang, sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 31. Hal semacam ini juga yang dianjurkan para ahli kesehatan di abad modern sekarang ini. Semakin yakinlah kita akan kebenaran ajaran Islam yang datang dari Yang Maha Mengetahui segala urusan manusia.

Bagikan ke: