Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran (Nuzulul-Quran), sebagaimana dijelaskan dalam suart Al-Baqarah ayat 185, setelah menjelaskan tentang kewajiban puasa:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Artinya: : “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) …”
Untuk diketahui Al Quran diturunkan dalam tiga tahap, yaitu:
- Dari Allah Azza wa Jalla ke Lauh al-Mahfudz. Hal ini diisyaratkan surat Al-Waqiah/56: 77-80 sebagai berikut:
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (٧٧) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (٧٨) لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ (٧٩) تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٨٠)
(77). Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, (78(. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), (79). tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (80). diturunkan dari Rabbil ‘alamiin.
Dalam Surat Al-Buruj/85: 21-22 sebagai berikut:
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ (٢١) فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ (٢٢)
(21). bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, (22). yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
- Diturunkan dari Lauh al-Mahfudz ke langit dunia (Bayt al-Izzah = rumah kemuliaan) secara lengkap sekaligus pada malam kemuliaan (Lailatu al-Qadar), sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qadar/97ayat 1:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”.
Dalam Surat Ad-Dukhan/44 ayat 3:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (٣)
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”.
- Diturunkan secara berangsur-angsur dari Bayt Izzah kepada Nabi Muhammad dimulai pada tanggal 17 Ramadhan tahun 610 Masehi, saat beliau ber-tahannuts di Gua Hira (sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Makkah) dengan perantaraan Malaikat Jibril yang menyampaikan 5 ayat pertama dari Surat al-‘Alaq.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤)
عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)
“(1). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. (2). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. (4). Yang Mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. (5). Dia Mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Proses turunnya Al-Quran pada tahap ketiga ini diisyaratkan dalam surat Asy-Syu’ara/26 ayat 193-195:
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ (١٩٣) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (١٩٤) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (١٩٥)
(193). Dia (Al-Quran) dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), (194). ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, (195). dengan bahasa Arab yang jelas.
Hikmah turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur antara lain sebagai berikut:
- Untuk memperkuat hati Nabi Muhammad SAW:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا (٣٢)
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)”. (QS. Al-Furqan: 32).
- Untuk melemahkan para penentang Al-Quran. Nabi Muhammad SAW sering ditanya orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan. Turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur di samping untuk menjawab pertanyaan mereka sekaligus juga menentang mereka untuk membuat yang semisal Al-Quran. Ketika mereka tidak mampu menjawab tantangan, hal itu sekaligus menunjukkan kemukjizatan Al-Quran.
- Memudahkan untuk dihafal dan dipahami, sekaligus diamalkan dan dipraktikkan dalam kehidupan. Sebagaimana dimaklumi bahwa Al-Quran untuk pertama kali turun di tengah-tengah masyarakat Arab yang ummi, yakni tidak mempunyai pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Dengan turunnya Wahyu secara berangsur-angsur akan memudahkan mereka memahami dan menghafalkannya.
- Mengikuti setiap kejadian yang melatarbelakangi ayat Al-Quran turun, dan melakukan pentahapan dalam penetapan ajaran aqidah yang benar, hukum-hukum syariat, dan akhlaqul-karimah.
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلا (١٠٦)
“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”. (QS. Al-Isra’: 106).
- Membuktikan Al-Quran berasal dari Allah Yang Maha Bijaksana. Meskipun Al-Quran turun berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan dan 22 hari, tapi secara keseluruhan terdapat keserasian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Untuk apa Al-Quran diturunkan?
- Memberikan petunjuk ke jalan yang lurus
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (٩)
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. Al-Isra’: 9)
الم (١) ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)
“(1). Alif laam miim. (2). Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah: 1-2).
- Tidak membuat susah atau memberi kemudahan dalam kehidupan
طه (١) مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (٢)
(1). Thaahaa (2). Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (QS. Thaha:1-2).
- Memberikan kehidupan yang berkualitas.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ
وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (٢٤)
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”. (QS. Al-Anfal: 24).
Seruan Allah dan Rasul-Nya itu adalah Al-Quran. Dan tujuan seruan Allah itu adalah untuk memberi kehidupan kepada kita. Pertanyaannya apakah kita belum hidup? Kenyataannya kita sudah hidup, tapi apakah hidup kita sudah berkualitas? Disini persoalannya. seorang sastrawan juga seorang ulama besar Indonesia yaitu Buya HAMKA mengatakan: “Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja”. Oleh karena itulah penting kita berupaya meningkatkan kualitas diri. Ada beberapa indikator hidup yang berkualitas itu, antara lain:
- Beriman dan berilmu
Semakin kuat iman, dan semakin banyak ilmu yang dimiliki menunjukkan semakin berkualitas hidup seseorang, karena itu, Islam memotivasi kita untuk memkokoh keimanan dan menambah ilmu pengetahuan. Allah berfirman:
…..يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (١١)
“….. Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah: 11).
Orang yang banyak ilmunya (para ‘ulama) akan menghantarkan mereka semakin taqwa, takut kepada Allah, dalam arti khasyatillah, sebagaimana firman Allah:
….. إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ …..
“….Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ‘ulama …..”. (QS. Fathir: 28).
Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu sepanjang hayat. Sejak dari buaian hingga ke liang lahat, اطلبوا العلم من المهد الى اللهد , agar hidup kita berkualitas.
- Bergerak atau dinamis
Bergerak adalah indikator hidup, semakin dinamis seseorang dalam bekerja dan berusaha, menunjukkan semakin berkualitas hidupnya, pasti akan ada keberkahan yang didapatkan, ( الحركة بركة ). Islam melarang malas, dan hanya berpangku tangan, Rasulullah mengajarkan do’a: اللهم انى اعوذ بك من العجز والكسل “Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari sikap lemah dan malas”. Bahkan Allah menyuruh kita bangkit dan bergerak, bertebaran di muka bumi, cari karunia Allah. Allah berfirman:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (١٠)
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah: 10).
Keadaan kita tidak akan berubah kalau kita tidak berupaya untuk merubahnya. Al-Quran menegaskan:
….إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ….. (١١)
Artinya: “….Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri……” (QS. Ar-Ra’du: 11).
- Produktif dan bermanfaat
Indikasi hidup yang berkualitas selanjutnya adalah produktif dan bermanfaat untuk orang banyak. Nabi Muhammad SAW memuji orang yang bisa membawa manfaat bagi manusia lainnya: خير الناس انفعهم للناس – “sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainnya”. Kalau hidup sudah tidak bisa menghasilkan sesuatu, baik materi, maupun non materi (seperti pahala), itu sama dengan sudah mati sebelum kematian. Ada manusia yang masih kategori usia produktif, tapi dia tidak bisa menghasilkan apa-apa karena salah dalam memilih jalan hidup dan pergaulan, contohnya para korban narkoba, hidup mereka sama dengan mati sebelum datangnya kematian. Oleh karena itu, Islam mengharamkan khamar, minuman keras, narkotika dan sejenisnya, karena akan menjerumuskan diri dalam kebinasaan. Allah berfirman :
…..وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٩٥)
“…..dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Baqarah: 195).
Ada kelompok manusia yang sangat berkualitas, walaupun mereka sudah wafat, tapi masih produktif seolah-olah mereka masih hidup, sebagaimana firman Allah:
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup, disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”. (QS. Ali ‘Imran: 169).
Mereka senantiasa mendapat rezeki dari Allah, melalui do’a yang dipanjatkan oleh orang-orang yang hidup setelahnya. Kalau bisa kita masuk dalam kelompok ini. Meski sudah tiada, tapi masih produktif, rezeki berupa pahala masih terus mengalir. Semoga kita dapat meningkatkan kualitas diri dalam kehidupan yang sangat terbatas ini.