Al-Quran kaya dengan perumpamaan, bahkan perumpamaan merupakan salah satu metode penyampaian dakwah Al-Quran.
Dalam menyampaikan firmanNya Allah SWT menggunakan berbagai macam metode dan pendekatan, tujuannya tidak lain agar firmanNya ini bisa dipahami dan dimengerti serta diambil pelajaran oleh kita para hambaNya untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada metode dakwah Al-Quran dalam bentuk pernyataan, misalnya:
الم (١) ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)
Artinya: “Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah: 1-2).
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (٩)
Artinya: “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”, (QS. Al-Isra’: 9).
Ada juga dalam bentuk nida’ (panggilan) kepada manusia secara umum dengan redaksi:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٢١)
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah: 21).
Maupun nida’ (panggilan) khusus untuk orang-orang yang beriman, misalnya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah: 183).
Ada lagi dalam bentuk istifham (pertanyaan), hal ini bukan berarti Allah tidak mengetahui sehingga bertanya kepada hambaNya, justru Allah ingin menjelaskan, hanya saja dibawakan dalam bentuk gaya bahasa pertanyaan. Misalnya:
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (١)
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?”
Pertanyaan ini tidak memerlukan jawaban, karena sesungguhnya Allah sendiri hendak menjelaskan jawabannya dalam ayat selanjutnya:
فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (٢)وَلا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (٣)
“Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin”. (QS. Al-Ma’un: 2-3).
Masih banyak lagi metoda dakwah Al-Quran, seperti dalam bentuk debat (Jidal Al-Quran), dalam bentuk sumpah (Qasam Al-Quran), Allah bersumpah untuk meyakinkan kita, padahal Allah Maha Benar, dan tidak pernah mengingkari janjiNya, juga dalam bentuk kisah atau cerita (Qashash Al-Quran) bahkan kisah yang diceritakan Al-Quran itu lebih lengkap daripada kisah yang diceritakan dalam kitab-kitab sebelumnya, seperti kisah tentang Nabi Yusuf dalam Al-Quran, sehingga disebutkan sebagai Ahsanal Qashashi (sebaik-baik kisah).
Nah, dalam kesempatan yang singkat ini kita bahas “perumpamaan dalam Al-Quran” (Amtsal Al-Quran). Hal-hal yang abstrak sifatnya agak susah dicerna akal pikiran biasanya akan lebih mudah diterima apabila sesuatu yang abstrak itu dikonkritkan dalam bentuk perumpamaan. Seperti tentang imbalan pahala bagi orang yang berinfak di jalan Allah, maka Allah jelaskan dengan amtsal berikut ini:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٢٦١)
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 261).
Dengan demikian tergambar dengan jelasnya imbalan pahala infak di jalan Allah dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat atau kalau dipresentasikan menjadi 70.000 persen. Bisnis apa yang bisa memberikan keuntungan 70.000 persen? Dan Allah tidak pernah mengingkari janjiNya.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Dalam hal keimanan, orang-orang yang menjadikan penolongnya selain Allah, diumpamakan Al-Quran seperti “rumah laba-laba” sebagaimana firmanNya:
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (٤١)
Atinya: “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui”. (QS. Al-Ankabut: 41.
Menuhankan sesuatu selain Allah, atau menjadikan penolong selain Allah adalah suatu kesesatan, kepercayaan yang bertentangan dengan akal sehat, sangat mudah terbantahkan, dan sangat lemah, sebagaimana lemahnya rumah laba-laba. Mengapa rumah laba-laba itu lemah? Karena tidak mempunyai pondasi, diterpa angin yang agak sedikit kencang sudah hancur berantakan. Belum lagi penghuninya yang tidak rukun, melakukan KDRT, bahkan dalam beberapa hasil penelitian ternyata laba-laba termasuk hewan yang melakukan “kanibalisme seksual”, setelah melakukan hubungan seksual maka sang betina memangsa sang jantan dengan cara memakannya. Jika sang jantan tidak cepat melepaskan dan melarikan diri, dia akan binasa.
Di antara hasil penelitian tentang laba-laba yang dipublish oleh Daiqin Li dari National University Singapore, disebutkan ada jenis laba-laba yang dinamakan Nephelenoys Malabaransis, jenis laba-laba ini sang jantan lebih kecil dari sang betina, hanya 30 % sang jantan yang bisa menyelamatkan diri dari kanibalisme seksual oleh sang betina. Dengan berhasil memakan sang jantan maka sang betina bisa menghasilkan telor yang lebih besar dan keturunannya lebih kuat, bisa bertahan hidup lebih lama. Sang betina bisa berpoliandri, namun hidupnya dalam keputus-asaan, kematiannya tragis, bunuh diri dengan memasrahkan diri minta dimasukkan enzym/racun ke tubuhnya lalu disantap oleh anak-anaknya. Maka pantaslah kalau Allah nyatakan dalam Al-Quran surah Al-Ankabut (Laba-Laba) ayat 41:
وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ
“Sesungguhnya selemah-lemah rumah adalah rumah laba-laba”.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari perumpamaan-perumpamaan yang Allah sajikan dalam Al-Quran. Allahu a’lam.