OLEH: JURAIDI MALKAN – Dosen UIN & PTIQ Jakarta, dan Ketua BP4 Pusat.
Dalam ilmu komunikasi dikenal istilah: komunikator (orang yang berbicara menyampaikan pesan), komunikan (orang yang menerima pesan), dan media (sarana yang digunakan dalam menyampaikan pesan). Ketiga unsur tersebut membuat komunikasi berjalan secara efektif, tanpa salah satunya maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik.
Ketahuilah, tidak ada komunikasi tanpa “media” atau sarana yang menghubungkan sehingga komunikasi itu terjadi dan bisa berlangsung dengan baik. Ketika kita berkomunikasi dengan seseorang secara “langsung” apakah tanpa “media”? Ada medianya yaitu udara, tanpa udara tidak mungkin suara sampai ke telinga kita. Begitu juga dalam hal penglihatan, mata kita bisa melihat suatu obyek yang ada di depan kita, bukan karena kerja mata kita secara langsung, tapi karena ada “media” yaitu “cahaya” yang memantulkan wujud gelombang suatu obyek. Jadi kita bisa melihat karena dimediasi oleh cahaya. Tanpa cahaya tidak mungkin kita bisa melihat sesuatu. Disinilah pentingnya “media”.
Berkomunikasi dengan Allah yang Maha Ghaib perlu “media”. Di antara sarana atau media berkomunikasi dengan Allah adalah shalat, dan membaca Al-Qur’an.
Pertama, shalat menjadi sarana berkomunikasi dengan Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut ini:
قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : من اراد ان يكلمه الله فعليه بالصلاة
“Barangsiapa yang ingin bercengkerama dengan Allah, maka hendaklah dia shalat”. (HR. Muslim).
Shalat sebagai media komunikasi hamba dengan Tuhannya akan menaikkan derajat hamba tersebut. Semakin intens komunikasinya melalui media shalat, maka akan semakin tinggi derajatnya. Rasulullah SAW mengibaratkan shalat sebagai mi’rajnya orang beriman: الصلاة معراج المؤمن – (Shalat itu mi’rajnya orang beriman). Dengan mendirikan shalat berarti menaikkan derajatnya. Di samping akan mendatangkan kenikmatan batiniyah karena dia berbicara dengan Khaliqnya, Rabb yang dicintai, dikagumi, dan ditaatinya. Bagi Rasulullah shalat adalah suatu kenikmatan, kesenangan dan ketenteraman, sehingga beliau bersabda: قرة عينى فى الصلاة – (kesenanganku ada di dalam shalat).
Kedua, membaca Al-Qur’an juga menjadi sarana berkomunikasi dengan Allah, Rasulullah SAW bersabda:
قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : مَنْ اَرَادَ اَنْ يَتَكَلَّمَ مَعَ اللهِ فَلْيَقْرَاِ الْقُرْاٰنَ
“Barangsiapa yang ingin berkomunikasi dengan Allah, maka bacalah Al-Qur’an”. (HR. Muslim).
Setiap kita membaca Al-Qur’an berarti kita sedang berkomunikasi dengan Allah SWT. Oleh karena itu sedapat mungkin kita berusaha membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, sesuai dengan ketentuan cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar (ilmu Tajwid). Al-Qur’an sendiri menyuruh kita membacanya dengan tartil (QS. Al-Muzammil: 4), dan dengan suara yang merdu atau dimerdukan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: زينوا القرءان بأصواتكم) – Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu), sehingga menimbulkan kesan yang mendalam bagi jiwa, sebagai wujud komunikasi dengan Allah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Sa’id bin Hisyam, dari Aisyah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة
“Orang yang bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, maka mereka dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia”.
Al-Qur’an secara bahasa diambil dari kata: qara-a, yaqra’u, qur’nan artinya sesuatu yang dibaca. Pengertian ini mengandung makna berupa anjuran kepada ummat Islam agar selalu membaca Al-Qur’an. Definisi lain dari Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril, disampaikan kepada manusia untuk dijadikan pedoman dalam meraih kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, dan membacanya termasuk ibadah.
Sebagai konsekwensi dari mengimani Al-Qur’an, maka ummat Islam berkewajiban mempelajarinya, dan pelajaran yang paling mendasar adalah bagaimana cara membacanya dengan baik dan benar. Setiap individu umat Islam mestinya harus bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Al-Qur’an yang dibaca akan mendatangkan keberkahan bagi pembacanya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Fathir:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (٢٩) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (٣٠)
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Fathir: 29-30).
Rasulullah SAW bersabda:
عَنِ ابْنِ سِيرِينَ، قَالَ : الْبَيْتُ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنُ تَحْضُرُهُ الْمَلَائِكَةُ، وَتَخْرُجُ مِنْهُ الشَّيَاطِينُ، وَيَتَّسِعُ بِأَهْلِهِ، وَيَكْثُرُ خَيْرُهُ، وَالْبَيْتُ الَّذِي لَا يُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنُ تَحْضُرُهُ الشَّيَاطِينُ، وَتَخْرُجُ مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ، وَيَضِيقُ بِأَهْلِهِ، وَيَقِلُّ خَيْرُهُ
“Diriwayatkan dari Ibnu Sirin, berkata Rasulullah SAW: Sesungguhnya, rumah yang di dalamnya dibacakan Al-Qur’an, maka lapanglah penghuninya, banyak kebaikan, malaikat menghadirinya dan setan-setan meninggalkannya. Sebaliknya, rumah yang tak dibacakan Al-Qur’an, maka sempitlah penghuninya, sedikit kebaikannya, malaikat meninggalkannya dan setan-setan mendekatinya.” (HR. Ibnu Sirin).
Banyak hadits tentang keutamaan membaca Al-Qur’an, di antaranya:
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ رضىي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يقولُ: اِقْرَءُوْا الْقُرْأنَ فَاِنَّهُ يَأتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ. (رواه مسلم)
“Dari Abi Umamah RA ia berkata: sya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat (pembela) kepada para pembacanya”.(HR. Muslim).
Dalam suatu riwayat, Amru bin Murrah menjelaskan, Al-Qur’an akan melindungi pembacanya dari siksa kubur. Diriwayatkan, jika manusia masuk ke dalam kubur, kemudian muncul semburan api sebagai siksa kubur yang akan membakarnya dari berbagai arah, maka Al-Qur’an datang untuk menyelamatkan.
Teristimewa lagi bagi penghafal Al-Qur’an, ia akan memberikan pengaruh positif bagi 10 (sepuluh) orang anggota keluarganya yang muslim, meskipun telah divonis menjadi penghuni neraka. Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an, lalu ia menghafalnya dan menjaganya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam sorga, dan menjadikannya dapat memberikan syafaat kepada 10 (sepuluh) dari kalangan keluarganya meskipun mereka sudah ditetapkan masuk neraka”. (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah).
Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur’an akan mendapatkan satu kebaikan. Dan setiap kebaikan akan dilipatganda menjadi sepuluh kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ يَقُوْلُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ, وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ اَمْثَالِهَا, لَا أَقُوْلُ: الم حَرْفٌ وَلَكِنْ اَلِفْ حَرْفٌ, وَلَامْ حَرْفٌ, وَمِيْمْ حُرْفٌ. (رواه الترمذى)
“Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, bersabda Rasulullah SAW: Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapatkan satu kebaikan, dan setiap satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif, Lam, Mim itu satu huruf, melainkan Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Mim satu huruf”. (HR. Turmudzi).
Berapa banyak pahala orang yang bisa mengkhatamkan Al-Qur’an 30 Juz, yang jumlah hurufnya menurut Imam Syafi’i dalam Kitab Majmu al-‘Ulum wa Mathli’u an Nujum dan dikutip oleh Imam Ibn ‘Arabi dalam Mukaddimah Al-Futuhat Al-Ilahiyah, huruf Al-Qur’an berjumlah 1.027.000 huruf.
Marilah kita tingkatkan komunikasi kita dengan Allah, Tuhan yang Maha Memberi solusi atas masalah yang kita hadapi, kita jadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama kita sehari-hari, kita jadikan motto “ tiada hari tanpa membaca Al-Qur’an”, sehingga Al-Qur’an akan menyinari rumah tangga, dan setiap langkah kita. Rasulullah SAW bersabda:
نَوِّرُوْا بُيُوْتَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَتَلَاوَةِ الْقُرْأنِ
“Sinarilah rumah tangga kalian dengan shalat, dan bacaan Al-Qur’an.”
Semoga rumah tangga kita senantiasa bersinar dengan sinaran shalat dan bacaan Al-Qur’an sehingga akan turun kedamaian, dan terhindar dari gangguan syaithan. Karena bukankah di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Al-Qur’an itu obat (syifa’) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا (٨٢)
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra’: 82).
Begitu pula tentang shalat. Shalat menjadi washilah turunnya pertolongan Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (١٥٣)
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 153).
Oleh karenanya, mintalah pertolongan kepada Allah, dan selalu berkomunikasilah dengan Allah melalui bacaan Al-Qur’an dan melaksanakan shalat. Allahu A’lam.